Kegiatan Pusat
Mengembangkan Potensi yang Berkualitas
Kebaktian Bulanan IIPOJK Kristiani “Menjadi Kekasih Tuhan” (Yoh 4:7)
Penulis: Lusia Bonardo
Pagi yang cerah di Jakarta, Jumat 26 September 2025, menjadi saksi kebersamaan umat dalam Kebaktian Bulanan IIPOJK Kristiani. Bertempat di kediaman Ibu Wina Waluyanto, acara dimulai pukul 10.30 WIB dan dihadiri oleh istri istri pegawai OJK Kristiani yang datang dengan hati penuh syukur dan sukacita.
Tema kebaktian kali ini, “Menjadi Kekasih Tuhan,” diambil dari Yohanes 4:7, menjadi undangan bagi setiap pribadi untuk merenungkan kembali makna kasih yang sejati, yaitu kasih yang berasal dari Allah sendiri, yang menghidupkan dan memulihkan.
Kebaktian dipimpin oleh RD Dahua MSC, yang membawakan firman Tuhan dengan penuh kelembutan dan kedalaman makna. Dalam renungannya, beliau mengajak kita semua untuk melihat diri bukan sekadar sebagai hamba Tuhan, tetapi sebagai kekasih Tuhan yang dikasihi tanpa syarat. “Menjadi kekasih Tuhan berarti membuka hati untuk dikasihi, dan menghadirkan kasih itu kembali dalam tindakan kita setiap hari,” ungkapnya dengan penuh penghayatan.
Lagu-lagu pujian yang dinaikkan bersama tim musik rohani membuka suasana ibadah dengan hangat. Nyanyian yang bersatu dalam penyembahan menghadirkan damai yang lembut, seolah mengingatkan setiap hati bahwa kasih Tuhan senantiasa menyertai langkah kehidupan.
Momen kesaksian dari beberapa ibu-ibu yang hadir menambah kedalaman suasana kebaktian. Mereka berbagi pengalaman nyata tentang bagaimana kasih Tuhan hadir di tengah pergumulan, dalam pekerjaan, keluarga dan kehidupan sehari-hari. Setiap cerita menjadi bukti bahwa kasih Tuhan tidak pernah berhenti bekerja. Tuhan selalu hadir dalam hal-hal kecil, dalam proses yang seringkali kita abaikan dan dalam kekuatan untuk tetap bertahan di masa sulit.
Kebaktian ditutup dengan doa berkat yang dipimpin oleh RD Dahua MSC, diikuti dengan lagu penutup yang membawa semangat baru. Setelah ibadah, suasana keakraban dilanjutkan dalam ramah tamah yang penuh tawa dan kebersamaan. Semua saling menyapa, berbagi cerita dan menikmati waktu sederhana bersama dalam kasih persaudaraan dalam makan siang bersama.
Menjadi kekasih Tuhan bukanlah tentang kesempurnaan, melainkan tentang kesediaan untuk membuka hati kepada kasih-Nya. Ketika kita membiarkan kasih Tuhan tinggal di dalam diri, kita belajar melihat dunia dengan mata yang penuh kasih dengan memaafkan lebih cepat, memahami lebih dalam dan memberi tanpa menuntut balasan.
Sebagaimana tertulis dalam Yohanes 4:7, “Marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah.” Kasih bukan hanya perasaan, tetapi panggilan untuk hidup dalam relasi yang tulus kepada Tuhan dan kepada sesama.
Melalui kebaktian ini, setiap hati diingatkan bahwa kita dikasihi bukan karena apa yang kita lakukan, tetapi karena siapa diri kita di hadapan-Nya, menjadi anak-anak Allah yang berharga dan terkasih. Kasih Tuhan selalu dekat, Ia hadir dalam senyum, dalam doa, dalam setiap langkah hidup yang dijalani dengan iman. Kita dipanggil untuk mengasihi kembali, membawa terang dan harapan bagi sesama.





