Kegiatan Pusat
Mengembangkan Potensi yang Berkualitas
Kajian Muslimah: Kehendak-Mu adalah yang Terbaik Untukku
Penulis: Asri Sigit
Editor: Marviarum Geotemi
Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Dengan izin-Nya, kajian rutin IIPOJK kembali terselenggara secara hybrid pada Rabu, 15 Oktober 2025, pukul 09.00–11.00 WIB. Kajian ini menghadirkan Bunda Ningrum Maurice sebagai narasumber dan berlangsung di Masjid At-Taawun lantai 2, Gedung Soemitro Djojohadikusumo. Acara diikuti oleh 68 peserta, terdiri atas 23 peserta yang hadir secara langsung dan 45 peserta yang bergabung secara daring, baik dari IIPOJK Pusat maupun dari KOJK di berbagai daerah di Indonesia. Hadir pula di layar zoom ibu anggota dewan pembina IIPOJK yaitu Ibu Indra Ogi Prastomiyono.
Kegiatan dibuka dengan suasana yang penuh kekhusyukan melalui pembacaan ayat suci Al-Qur’an, yakni QS Al-Baqarah ayat 216 dan QS Al-An’am ayat 128. Kedua ayat tersebut dibacakan dengan indah oleh Ibu Ida Yusman, serta diiringi saritilawah yang disampaikan oleh Ibu Nissa Fajar dengan penuh penghayatan. Lantunan ayat-ayat suci ini menjadi pengantar yang menyejukkan hati sebelum memasuki inti kajian.
Mengangkat tema “Kehendak-Mu adalah yang Terbaik untukku,” kajian ini mengajak para peserta untuk merenungi makna kehidupan yang penuh dinamika. Dalam perjalanan hidup, tidak semua hal berjalan sesuai dengan rencana atau harapan kita. Ada kalanya kita diselimuti kebahagiaan dan keberhasilan. Namun, ada pula masa ketika kesedihan, kegagalan, atau ujian datang menghampiri.
Sebagai seorang mukmin, kita diajak untuk meyakini bahwa di balik setiap peristiwa, baik yang manis maupun yang pahit, selalu ada kehendak Allah SWT yang penuh hikmah. Tidak ada satu pun kejadian di dunia ini yang terjadi tanpa izin dan ketentuan-Nya. Allah SWT telah berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 79,
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.”
Ayat ini menjadi pengingat bahwa segala kebaikan adalah anugerah dari Allah SWT, sedangkan ujian dan kesulitan sering kali menjadi cermin untuk melihat kembali diri kita sebagai sarana introspeksi, perbaikan, dan peningkatan kualitas iman.
Lebih lanjut, Allah SWT menegaskan dalam QS. At-Taghabun ayat 11,
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.”
Makna ayat ini begitu dalam. Ia mengajarkan bahwa keimanan sejati tidak hanya diucapkan oleh lisan, melainkan juga tercermin dalam ketulusan hati menerima setiap ketentuan-Nya. Ketika seorang hamba benar-benar beriman, maka hatinya akan senantiasa tenang, karena ia yakin bahwa apa pun yang ditetapkan Allah pasti membawa kebaikan, meski terkadang belum dapat dipahami oleh akal manusia.
Makna dan Pahala Ikhlas atas Ketentuan Allah SWT
Ikhlas adalah salah satu amalan hati yang paling mulia. Ia bukan sekadar kata, melainkan sikap menerima dan menyerahkan diri sepenuhnya terhadap setiap ketentuan Allah SWT, baik dalam keadaan senang maupun dalam ujian yang berat.
Menjadi ikhlas bukan berarti kita tidak boleh bersedih, kecewa, atau berharap. Namun, di balik rasa itu, ada keyakinan mendalam bahwa apa pun yang Allah tetapkan adalah yang terbaik untuk kita sehingga hati kita menjadi tenang.
Keikhlasan bukan hanya membuat hati tenang, tapi juga mendatangkan banyak kebaikan dan pahala yang luar biasa. Dalam Al-Qur’an dan hadits, Allah SWT menjanjikan berbagai keutamaan bagi hamba-hamba-Nya yang ikhlas
- Mendapatkan cinta Allah: Allah SWT mencintai orang-orang yang ikhlas dalam beribadah dan beramal. (QS. Al-Baqarah: 112)
- Mendapatkan pahala yang besar: Allah SWT akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang ikhlas dalam beramal. (QS. An-Nisa: 114)
- Mendapatkan ketenangan jiwa: Ikhlas dapat memberikan ketenangan jiwa dan hati yang damai. (QS. Ar-Ra’d: 28)
Rasulullah SAW juga mengingatkan kita tentang pentingnya keikhlasan dalam beramal:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lain disebutkan,
“Ikhlas adalah salah satu pintu surga.” (HR. Al-Bukhari)
Dengan demikian, orang yang beramal dengan niat yang tulus akan mendapatkan cinta Allah, pahala yang besar, dan kedamaian batin yang tak ternilai.
Allah selalu Menetapkan dan Memberikan yang Terbaik
Setiap hal yang terjadi dalam hidup ini, baik suka maupun duka, semuanya sudah Allah tetapkan dengan penuh kebijaksanaan. Mungkin kita belum memahami maksudnya saat ini, tetapi yakinlah bahwa setiap takdir Allah selalu mengandung kebaikan. Allah SWT mengingatkan hal ini dalam QS. Al-Baqarah ayat 216, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Kadang, yang kita anggap sulit justru jalan menuju kemudahan. Sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an,
“Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5)
Karena itu, kita diajarkan untuk selalu berbaik sangka kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda,
“Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku.”
Jika kita yakin bahwa Allah memberikan yang terbaik, maka hati akan menjadi tenang dan hidup terasa lebih lapang.
Ingatlah, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah SWT tidak pernah lelah menjaga kita dan selalu mengatur kehidupan dengan kasih sayang-Nya.
Pada akhirnya, setiap detik kehidupan adalah wujud kasih sayang Allah SWT. Kehendak-Nya adalah yang terbaik, meskipun terkadang kita belum memahaminya. Ketika hati mampu menerima segala takdir dengan sabar dan ikhlas, maka jiwa akan menemukan kedamaian sejati. Karena sesungguhnya, ketenangan hidup bukan terletak pada terpenuhinya semua keinginan, tetapi pada keyakinan bahwa apa pun yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah yang penuh rahmat.
Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk bersyukur dalam nikmat, bersabar dalam ujian, dan selalu berbaik sangka kepada Allah SWT. Sebab, dengan keyakinan yang tulus itulah, kita akan menemukan bahwa kehendak-Nya memang selalu yang terbaik untuk kita.
“Hidup adalah ibadah yang penuh dengan ujian, hidup bersama dengan siapa adalah sebuah pilihan, tetapi hidup untuk Allah adalah suatu keharusan.
Ingatlah, saat hidupmu tidak berjalan sesuai keinginanmu. Allah pasti punya jalan yang lebik untukmu.” (Habib Umar bin Hafidz)



